Kode HTML :
<FONT FACE="georgia" color="White"> Rasakan kenikmatan tiada tara

Jumat, 26 Februari 2010

Gara-Gara Bola ( revisi )


“Kring…kring…!”. Bunyi jam beker kesanyanganku membangunkanku. Kucoba membuka kedua kelopak mataku yang amat berat kurasakan. Kupandangi jam bekerku dengan mata yang agak masih kabur.

“Ha…! Jam tujuh…!” ucapku heran. Kuberanjak meningalkan kamarku untuk lekas mandi. Tanpa sarapan aku berangkat sekolah dengan tergesagesa.

“Pak masak terlambat lima menit aja tidak boleh masuk ?” kataku agak merayu. “ Terlambat ya terlambat!”.Bentak satpam tinggi besar itu .

Dengan langkah sigap aku menerobos celah gerbang yang masih sedikit terbuka.”Wah anak gemblung!” ujar satpam agak marah itu.

Semua sudah menempatkan diri untuk berupacara.Kulempar tasku dimeja.Dengan napas terputus- putus aku masuki barisan terakhir.

Ditengah upacara dan teriknya matahari yang menghantam tubuhku,aku coba menahan mengkokohkan diriku untuk tidak pingsan.Cacing-cacing di perutku seperti mendemoku mati – matian. Keringat dingin menjalar keseluruh tubuhku. sisa – sisa makanan yang bersemayam di perutku, seperti mau keluar saja.

Upacara di pagi ini kurasa begitu lama. Apalagi pidato kepala sekolah yang sok alim itu membuatku neg mendengarnya.

“ Dzo, loe hebat banget, pake kaos kaki, satu hitam, satu putih “ Ejek temanku Raffi. “ Waduh, kacau nih, gue juga nggak nyadar, “ ucapku tersenyum malu.

Hari ini, adalah hari yang sangat membosankan. Semua kesialan berlabuh pada diriku. Bahkan dasipun tak ku bawa, yang merupakan benda sakral yang wajib terpasang.

Aku bernafas lega, semua omong kosong telah berhenti. Semua gundahku melayang pergi. “ Harap anak yang tidak pakai perlengkapan maju kedepan ! “ ujar guru BP berjenggot panjang itu menggunakan pengeras suara.

“ Aduh gawat… ! “ ucapku ketakutan. Aku berlari melangkahkan kaki kencang – kencang melarikan diri ke belakang. Karena begitu takutnya, ku terpeleset jatuh. Celanaku robek sekitar satu jengkal.

Ku teruskan pelarian itu. tiba – tiba aku menabrak Pak Hasan, yang sejak tadi mengawasi dari belakang barisan. “ Eh, mau lari kemana ? “ Tanya Pak Hasan sambil memampirkan tangannya di daun telingaku. Aku dibawa ke depan untuk diadili.

Ku gunakan sisa – sisa tenagaku, yang terkuras habis untuk pelarian tadi. Bahkan hembusan angin hamper tak kuat ku tahan. Dunia ini seakan gelap seketika, mataku terasa ingin menutupkan dirinya. Ku jatuh di teras di depan Kantor Kepala Sekolah tanpa sadar.

Waktu seakan merenggutku begitu lama, aku mencoba membangunkan diriku sekuat – kuatnya. “ Udah bangun loe, loe pingsan lima belas menit, “ ucap gadis PMR itu agak sinis.

“ Makasih ya, “ ujarku. Ku menapakkan kakiku selangkah demi selangkah meninggalkan ruangan bak neraka itu. ku berjalan ke sebuah tempat yang menyadiakan berbagai macam pengganjal perut.

Saat ku pergi dia tersenyum kecil padaku. Entah apa yang menyebabkan ia senyum yang agak disembunyikan itu. seketika itu aku malu pada diriku. Aku sadar ternyata dia memperhatikan celanaku. Sebagai laki – laki, aku merasa terhina terhina oleh senyuman gadis itu. Marah, malu bercampur di benakku.

“ Cantik – cantik brengsek loe, “ ucapku kesal sembari berjalan. Di kantin, ku cium aroma hidangan yang begitu merasuk. “ Aduh lega…, haik…!!! “ ku bersendawa selepas mengisi bagasi perutku. “ Wah, gawat nih, uang sakuku mana, jangan – jangan ketinggalan ! “ ujarku kebingungan.

Tidak mengikuti pelajaran, malah aku kucing – kucingan sama Kardi tua itu si pemilik kantin. Aku berhasil lepas. Semua penat ku lepas di bawah rindangnya pohon mangga di taman sekolah.

Aku merenung sesaat, semua pada hari ini berawal dari keteledoranku, menonton begitu larut malam pertandingan Chelsea VS Liverpool.